tak tau
itu dia?
atau mungkin itu
aku!?
borondong garing ider kota pilemburan
*makin bodohnya aku, karena ke"tahu"an ku*
menjadi gila. hanya sekedar beda dari konsensus
"guru yang baik adalah yang bisa menjawab dan menghadirkan pertanyaan".
setelah pertanyaan dijawab sang guru, pertanyaan bukannya hilang tapi bertambah banyak!
borondong garing ider kota pilemburan
*makin bodohnya aku, karena ke"tahu"an ku*
Intinya adalah "KESAMAAN ATAU KESEJAJARAN AGAMA-AGAMA"
Dari tulisannya Suratno di JIL(http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=879), kita menginventarisasi lagi beberapa definisi:
Apa yang kita perhatikan dari definisi-definisi ini? Ya. Semuanya mengarah pada kecenderungan untuk mendefinisikan "Pluralisme [Agama]" sebagai "Paham atas kesamaan, kesejajaran,kerelatifan, atau keterjalinan ontologis [agama-agama]". Semuanya mengarah pada pendefinisian Pluralisme sebagai "paradigma yang memandang bahwa kemajemukan agama ini adalah ikhtilafut-tanawwu'(keragaman variatif) dan bukannya ikhtilafut-tadlaaadl (keragaman kontradiktif)". Semua definisi diatas mengarah pada pemaknaan Pluralisme sebagai filsafat yang menganggap tidak adanya "pertentangan kebenaran" atau "perbedaan esensial" pada agama-agama tersebut.
Yang membuat saya bertanya-tanya: Mengapa definisi "pluralisme"menjadi seperti ini? Bukannya "Pluralisme" secara terminologis adalah paham yang dibangun di atas "Pluralitas"? Kenapa Pluralisme kemudian menjadi nama untuk sebuah sistem paradigma yang cenderung"menyama-nyamakan atau mensejajarkan kemajemukan"..?!
Bukankah definisi-definisi itu lebih tepat kalau disematkan untuk istilah-istilah lain seperti Al-Wihdah (Homogenisme) atau Al-Ittihaadiyyah (Integralisme)? Bukankah justru istilah "pluralisme"itu lebih sesuai kalau didefinisikan sebagai "PAHAM YANG MEMANDANG BAHWA AGAMA-AGAMA ITU BERBEDA". Artinya "berbeda secara esensial, secara fundamental, dan secara kualitas ide maupun kebenarannya".
Dengan ini, mestinya arah dari pluralisme adalah pandangan bahwa berbagai macam agama tersebut "tidak sama" (namanya saja 'pural'), "tidak sejajar", "tidak sepadan", dan "tidak sekualitas". Jadi kalo saya petakan dengan contoh riil:
Dan semua "keragaman/perbedaan" dan tingkatan-tingkatan itu sendiri telah disinyalir oleh Allah dalam Al-Quran Surat Al-Hajj:
"Sesungguhnya orang-orang yang Beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi'in, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang Musyrik, Allah akan memisahkan / memberi keputusan diantara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segalasesuatu." (QS 22:17).
Perhatikan bahwa di atas tersebut Allah Ta'ala:
Ini semua tentu bertentangan dengan paradigma "Kesamaan & Kesetaraan". Ini sesuai dengan paradigma "Pluralitas & Perbedaan".
Lalu, perhatikan lanjutan ayat tersebut:
"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Diakehendaki." (QS 22: 18)
Perhatikan bahwa di ayat tersebut Allah:
Ini semua tentu bertentangan dengan paradigma "Kesamaan & Kesetaraan". Ini sesuai dengan paradigma "Pluralitas & Perbedaan". Nah, sekarang perhatikan juga ayat yang sebelumnya:
"Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al Qur'an yang merupakan ayat-ayat yang nyata, dan bahwasanya Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki." (QS. 22:16)
Perhatikan bahwa ayat ini mengindikasikan dua hal yang sangat penting:
Dan tentunya hal tersebut bertentangan dengan paradigma-paradigma ini:
Dan justru ini sesuai dengan paradigma:
Jadi intinya, poin yang sebetulnya kita ingkari adalah pandangan bahwa"KEBENARAN itu TIDAK TUNGGAL", yang merupakan negasi dari pernyataan"kebenaran itu tunggal". Pernyataan ini kita ingkari terutama karena mengimplikasikan pernyataan bahwa "Dua hal yang bertentangan boleh jadi sama-sama benar". Pernyataan ini membuat kita mensejajarkan atau menganggap sama-sama benar antara:
Dan tentu saja, hal-hal di atas sangat bertentangan dengan PRINSIP NON-KONTRASIKSI.. sebuah prinsip fundamental yang merupakan salah satu dasar dari Logika.. sebuah "Prima Principia" yang tidak bisa diingkari oleh akal sehat dan rasio yang jernih! Untuk ditelaah atau dikoreksi...Semoga bermanfaat.. Maaf kalau melebar ke mana-mana...
Wassalamu'alaikum w. w.
(Nidlol Masyhud Bahri)
borondong garing ider kota pilemburan
*makin bodohnya aku, karena ke"tahu"an ku*